Sabtu 05 Juli 2025, 10:23 WITA
Penulis: Indra Gunawan
Editor: Adi Barapi
LUWU TIMUR, hnmindonesia.com - Di balik dinding putih ruang rawat inap RSUD I Lagaligo, terdapat sebuah kisah tentang kesetiaan, rasa haru, dan kepedulian yang menembus batas formalitas. Son Heriyanto, warga Dusun Wonosari, Desa Sumber Makmur, Kecamatan Kalena, kini tengah terbaring lemah akibat penyakit komplikasi yang dideritanya selama beberapa waktu terakhir.
Namun, di hari itu, kehadiran tamu tak biasa membawa cahaya baru bagi keluarga kecil ini. Adalah Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Luwu Timur, organisasi sosial yang dikenal aktif dalam gerakan kerakyatan dan kemanusiaan, datang langsung menjenguk dan memberikan bantuan yang sangat berarti, satu unit kursi roda dan amplop berisi donasi tunai.
Kedatangan Pospera bukan sekadar seremonial. Dipimpin oleh Ketua Pospera Wotu, Astan Yusuf, rombongan ini menyapa langsung keluarga pasien dan menyampaikan simpati serta dukungan moril secara tulus.
Tangis Haru di Ruang Rawat
Saat bantuan diserahkan kepada istri Son Heriyanto, suasana menjadi penuh haru. Dengan mata berkaca-kaca dan suara gemetar menahan tangis, sang istri mengucapkan terima kasih atas perhatian yang mereka terima.
"Terima kasih banyak atas kepeduliannya kepada keluarga kami. Bantuan ini sangat berarti di tengah ujian yang kami hadapi,” ucapnya lirih, sembari memeluk kursi roda baru yang akan digunakan suaminya.
Bagi keluarga kecil ini, bantuan tersebut bukan hanya alat bantu, melainkan simbol harapan. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, biaya pengobatan yang terus berjalan, serta kebutuhan sehari-hari yang tidak pernah menunggu, kehadiran pihak luar yang peduli seperti ini menjadi pelipur lara.
Komitmen Kemanusiaan Pospera
Ketua Pospera Wotu, Astan Yusuf didampingi Ridwan Abdullah, Ketua Pospera Tomoni, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program sosial Pospera Luwu Timur dalam mendukung masyarakat, terutama mereka yang sedang sakit, mengalami disabilitas, atau membutuhkan uluran tangan.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap warga, siapa pun dia, memiliki akses untuk tetap bisa menjalani hidup dengan bermartabat. Kursi roda ini adalah bentuk konkret dari kepedulian kami. Semoga bisa digunakan dengan nyaman dan meringankan beban keluarga,” ujar Astsn dengan penuh empati.
Menurutnya, Pospera tidak sekadar menyalurkan bantuan, tetapi juga terus mendorong budaya saling tolong-menolong di masyarakat. Ia mengajak seluruh elemen, baik individu maupun lembaga, untuk turut berkontribusi dalam gerakan kemanusiaan.
"Kami percaya bahwa satu tindakan kecil bisa menginspirasi perubahan besar. Mari kita bersama-sama bangun solidaritas sosial di sekitar kita," tambahnya.
Bantuan yang Menyentuh Banyak Hati
Aksi ini mendapat apresiasi dari staf RSUD I Lagaligo yang turut menyaksikan penyerahan bantuan. Salah seorang perawat menyatakan bahwa dukungan moral dan material dari organisasi seperti Pospera sangat membantu pasien dan keluarganya, apalagi dalam kondisi rawan secara psikologis dan finansial.
"Tidak semua pasien memiliki keluarga yang mampu secara ekonomi. Bantuan seperti ini sangat meringankan, dan tentu saja membuat pasien merasa diperhatikan," katanya.
Sebuah Gerakan, Bukan Sekadar Bantuan
Bagi Pospera Luwu Timur, bantuan ini bukan akhir, melainkan bagian dari rangkaian aksi sosial yang terus mereka jalankan. Mulai dari distribusi sembako, pendampingan warga kurang mampu, bantuan alat bantu disabilitas, hingga aksi tanggap bencana, semua dijalankan sebagai bentuk keberpihakan terhadap masyarakat bawah.
Gerakan ini tumbuh dari semangat kebersamaan, dari keyakinan bahwa negara yang kuat dibangun di atas fondasi kepedulian antarwarga. Dan di hari itu, di ruang rawat inap sebuah rumah sakit daerah, semangat itu menyala kembali.
Harapan yang Tetap Hidup
Kursi roda yang kini menemani Son Heriyanto bukanlah sekadar alat bantu. Ia adalah wujud cinta kasih yang datang dari luar lingkar keluarga, dari tangan-tangan yang tak memiliki hubungan darah, tapi memiliki ikatan hati.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bahwa di tengah dunia yang kerap terasa keras, masih ada ruang bagi empati dan solidaritas. Dan semoga Pospera Luwu Timur terus menjadi contoh bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas wilayah, latar belakang, maupun status sosial.