Cerita Mistis Jalur Seko, Jembatan Kayu Bergoyang dan Pantang Melintas Malam Hari


 


Selasa 22 Agustus 2023/ 11:23 WITA


Oleh: Tim HNM, AS Anugrah


Editor: Adi Barapi


Luwu Utara, hnm.com - Jalan poros yang menghubungkan Kecamatan Sabbang dan Kecakatan Seko, Luwu Utara, Sulawesi Selatan dikenal ekstrim. Jalur ini juga diklaim sebagai wilayah dengan tarif ojek termahal di dunia, sekali jalan bisa mencapai jutaan rupiah.


Selain ekstrim, jalur Seko juga ternyata dikenal angker dan ada spot tertentu yang menurut warga, pantang untuk dilintasi pada malam hari.


"Namanya jembatan Kakea, menurut warga yang biasa melintasi jalur ini, pantang melintas kalau sudah sore dan malam hari, disarankan untuk beristirahat atau mencari rumah warga untuk ditempati menginap," kata Ahmad, Kepala KPH Kambuno, Dinas Lingkubgan Hidup dan Kehutanan, Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (22/8/2023).


Ahmad mengisahkan cerita warga kepadanya yang mengaku sering melihat penampakan di jembatan Kakea bahkan kadang melihat jembatan yang terbuat dari kayu tersebut bergoyang.






Jalur Sabbang-Seko dapat ditempuh selama dua hari satu malam, menggunakan sepeda motor. Ahmad bersama timnya dari KPH Kambuno, harus menyiapkan bekal yang cukup, onderdil sepeda motor dan alat penerangan. Beratnya medan yang ditempuh, menyebabkan sepeda motor rusak dan harus ganti ban dan kampas rem. Jalur Seko menurut Ahmad, sebagian sudah beraspal.


"Tapi masih ada 15 kilometer yang sangat esktrim, sepeda motor pasti tertanam kalau melintasi jalur ini, apalagi pada musim hujan," katanya.


Di Seko masih berlaku jual-beli sistem barter. Hasil bumi warga di sana, dibeli menggunakan sembako, ikan laut, mie instan, atau bahan bakar.


"Iya di pasar desa masih dominan sistem barter, karena sulitnya distribusi sembako dari Masamba, sehingga warga memilih menjual hasil bumi mereka dengan barter sembako, ikan laut atau bahan bakar," ujarnya.





Meski dihadapkan pada medan jalan yang cukup ekstrim, Ahmad bersama timnya di KPH Kambuno, harus tetap melakukan patroli hutan dan memberikan edukasi pada warga pentingnya melestarikan dan menjaga hutan lindung.


Sementara itu, Adnan, warga di Sabbang mengatakan tarif ojek dari Sabbang ke Seko memang selangit, itu sepadan dengan sulitnya medan yang akan dilalui.


"Kalau sekarang musim kemarau dikisaran Rp 500 hingga Rp 600ribu sekali jalan, tapi kalau musim hujan naik lagi tarifnya," kata Adnan.


Adnan menambahkan, meski terisolir dan sulit dijangkau via darat, Seko memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, serta pemandangan alamnya yang masih cukup alami dan terjaga dengan baik.(Has/).

_________________







Previous Post Next Post