Rabu 25 Juli 2025, 17:23 WITA
Oleh: Putri Novasari
BELOPA, HnmIndonesia.com,- Suasana haru dan bangga menyelimuti halaman Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Firdaus Mamoenta di Desa Seppong, Kecamatan Belopa Utara, Kabupaten Luwu, Rabu (23/07/2025). Di bawah naungan langit pagi yang cerah, puluhan santri dan keluarga berkumpul dalam momen penuh makna: wisuda tahfidzul Qur’an, penamatan siswa SMP Islam Terpadu kelas IX, dan pembukaan diklat santri angkatan V tahun ajaran 2025–2026.
Bagi para santri, hari itu adalah puncak dari perjuangan panjang. Ada yang berhasil menghafal lima juz, ada pula yang menuntaskan sepuluh juz Al-Qur’an, serta 50 hadis pilihan. Tangis haru tak terbendung ketika nama-nama mereka dipanggil untuk menerima sertifikat hafalan — buah dari disiplin, doa, dan dedikasi yang mereka tanam sejak hari pertama di pondok.
“Pondok Pesantren ini lahir dari semangat untuk mencetak generasi Qur’ani yang bukan hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia,” ujar Rosmiati Mattayang, Direktur Utama Ponpes Al-Firdaus, saat memberikan sambutan.
Ia tak lupa mengucapkan terima kasih atas kehadiran perwakilan pemerintah daerah dan berharap perhatian lebih, khususnya dalam hal perbaikan infrastruktur jalan menuju pesantren.
Rosmiati menyadari bahwa perjuangan membangun pendidikan berbasis agama di pelosok bukan hal mudah. Namun, semangat para santri dan dukungan masyarakat adalah bahan bakar yang terus menggerakkan roda perjuangan.
Pemerintah daerah yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu, Sulaiman, memberikan apresiasi atas kontribusi Pondok Pesantren Al-Firdaus dalam membentuk generasi religius di Bumi Sawerigading.
“Kami sangat bersyukur dengan kehadiran pesantren ini. Pemerintah akan berupaya memperhatikan kebutuhan pondok, terutama akses jalan,” ujarnya, sekaligus menyampaikan permohonan maaf Bupati Luwu yang berhalangan hadir.
Acara ini bukan sekadar seremonial. Ia menjadi gambaran nyata bagaimana sebuah lembaga pendidikan Islam di desa kecil mampu menanamkan nilai besar: cinta Al-Qur’an, kedisiplinan, dan harapan masa depan. Suara lantunan ayat suci dari para santri yang diwisuda menjadi pengingat bahwa dari tempat terpencil sekalipun, cahaya ilmu dan iman bisa bersinar terang.