Tangis Nenek Rosi di Ujung Senja Saat Kehabisan Makanan, Datang Uluran Tangan

 





Jumat 18 Juli 2025, 17:23 WITA



Oleh: Putri Novasari




LUWU, - HnmIndonesia.com, - Di sudut sunyi Dusun Tadette,  Desa Senga Selatan, hidup seorang perempuan renta yang kesehariannya dilalui dalam kesunyian. Namanya Rosi. Usianya telah menginjak 79 tahun, dan di balik tubuhnya yang ringkih, tersimpan cerita perjuangan bertahan hidup dalam sepi dan keterbatasan.

Hari itu, air mata Nenek Rosi jatuh tanpa diminta. Bukan karena luka atau kehilangan, tapi karena sebuah kunjungan yang begitu berarti baginya. Kasat Lantas Polres Luwu, AKP Syarifuddin, mendatangi rumah sederhananya sambil membawa bingkisan sembako.

"Sudah kehabisan beras, Pak," lirih suara Nenek Rosi saat menerima bantuan itu. Tangisnya pecah, bukan karena iba, tapi karena merasa tidak lagi sendiri.

Di rumah kecil yang nyaris lapuk dimakan usia, Nenek Rosi tinggal sendiri. Anak-anaknya telah menetap dan bekerja di Sulawesi Tengah. Ia tak ingin merepotkan mereka, meski tubuhnya tak lagi sekuat dulu.

Untuk makan sehari-hari, Rosi bekerja sebagai buruh ikat rumput laut, pekerjaan yang hanya memberi upah sekadarnya, cukup untuk membeli sedikit lauk, tapi tak selalu cukup untuk membeli beras atau kebutuhan pokok lainnya.

“Kita datang ke sini bukan sekadar memberi bantuan. Tapi juga ingin menunjukkan bahwa negara, melalui kepolisian, hadir untuk masyarakat, terutama mereka yang selama ini luput dari perhatian,” ujar AKP Syarifuddin usai menyerahkan bantuan.

Kunjungan itu adalah bagian dari aksi sosial yang digagas Satlantas Polres Luwu dalam rangka Operasi Patuh 2025. Namun bagi Nenek Rosi, itu bukan sekadar kegiatan kepolisian, melainkan pengingat bahwa masih ada yang peduli.

Ketika AKP Syarifuddin dan rombongan pamit, Nenek Rosi berdiri lama di depan rumahnya. Matanya mengikuti mereka hingga tak lagi tampak. Lalu ia kembali menatap karung berisi beras dan telur. Dengan senyum kecil dan mata berkaca-kaca, ia bergumam pelan.

"Alhamdulillah... masih ada yang ingat saya."

Di balik tangis seorang nenek, terselip harapan kecil bahwa dalam sunyi, perhatian sekecil apapun bisa menjadi cahaya penguat untuk terus bertahan.

Previous Post Next Post