Opini: Kondisi Dunia Pendidikan Dimasa Pandemi Covid-19 Di Luwu Raya


Penulis: Desy Fitriani

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Palopo Semester II


HNMIndonesia.com -- Tercatat lebih dari setahun Virus Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.

Kondisi Tersebut mengakibatkan kondisi dibeberapa sektor menjadi menurun utamanya sektor pendidikan.

Hal tersebut dapat kita amati melalui Fenomena yang kian terjadi selama Pandemi Covid-19. Dimana beberapa sekolah dan Perguruan Tinggi yang ada di indonesia terkhususnya di Luwu Raya saat ini mengalami kemunduran akibat virus yang sudah mendunia ini.

Beberapa Sekolah menggelar kegiatan belajar mengajar melalu jejaring sosial media seperti What's App, Zoom dan Google Meet.

Hal ini kemudian memberikan dampak tersendiri bagi pelaku dunia pendidikan utamanya tenaga pendidik seperti dosen dan guru serta peserta didik yaitu mahasiswa dan siswa, dimana setiap melaksankan proses pembelajaran mereka harus selalu stand by dihadapan Komputer ataupun smartphon.

Dampak positif yang kemudian bisa kita lihat adalah Sejak pandemi hadir, lingkungan menjadi lebih bersih akibat berkurangnya emisi gas buang, mengingat terbatasnya aktivitas masyarakat di luar rumah.

Selanjutnya Dampak positif yang kemudian diberikan adalah, siswa lebih banyak mengetahui ilmu Teknologi dibandingkan dimasa sebelum datangnya Pandemi Covid-19.

Hal tersebut bisa kita amati dengan melihat beberapa anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah mahir dalam penggunaan Smartphone bahkan Komputer.

Namun dari hal tersebut, tentunya memberikan dampak negatif apa bila peserta didik kecanduan bermain smartphone ataupun Komputer.

Berbagai aplikasi game kemudian membuat beberapa peserta didik lupa akan tugasnya sebagai peserta didik, bukan hanya siswa bahkan mahasiswa pun yang dijuluki sebagai Iron Stock terinfeksi virus smartphone. akibatnya adalah mahasiswa pun lebih banyak menghabiskan waktunya di layar Hp ketimbang mencari sesuatu yang lebih menarik untuk dipelajari.

Dampak negatif selanjutnya adalah kondisi jaringan yang ada dipelosok kurang memadai sehingga peserta didik dalam menerima mata pelajaran kurang maksimal bahkan ada yang sampai mencari jaringan hingga ke pegunungan.

Hal tersebut membuat beberapa sekolah di luwu raya menggelar kegiatan belajar Luar jaringan atau disingkat LURING, dimana guru diberikan tugas untuk mengunjungi rumah siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Jaga jarak.

Media pembelajaran yang digunakan para guru pun dominan monoton dan membuat para murid merasa jenuh atau bosan.

Kemudian, Penilaian yang dilakukan guru berupa Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS) termasuk Ujian Sekolah (US) kurang berintegritas.

Solusi yang kemudian banyak ditawarkan hari ini diantaranya orang tua dan guru harusnya lebih dalam membangun hubungan kerja sama agar peserta didik dapat terkontrol dalam melaksanakan pembelajaran daring.

Selanjutnya Pendidik dalam hal ini Guru maupun Dosen mengurangi jumlah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam hal ini siswa dan mahasiswa dalam hal mengurangi tekanan yang dirasakan oleh peserta didik.

Sekolah maupun kampus atau lembaga organisasi sangat perlu untuk giat memberikan pengkajian materi tentang literasi kepada peserta didik.

Dan yang terakhir adalah Pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam hal ini mengupayakan segala hal untuk mendukung terpenuhinya beberapa saran dari solusi di atas.

Previous Post Next Post