Dari Kampus ke Pegunungan: Ketua Prodi UIN Palopo Ikut Warnai Kemah Relawan Pendidikan ke-18 di Bastem

 





Senin 30 Juni 2025, 09:23 WITA


Oleh: Nurfauzan




LUWU, hnmindonesia.com, Di antara kabut pagi yang menggantung di lereng-lereng pegunungan Bastem, tenda-tenda berdiri tegak di Desa Buntu Bantu, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Bukan untuk wisata atau pelatihan militer, melainkan untuk sebuah gerakan pendidikan sukarela yang telah menjelma jadi magnet kepedulian: Kemah Relawan Pendidikan (KEREN) edisi ke-18.


Tahun ini, KEREN menggelar aksinya pada 27-29 Juni 2025, dan semakin istimewa dengan kehadiran akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo. Nirwana Halide, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN Palopo, tak sekadar hadir sebagai tamu, tapi turut menjadi bagian dari relawan yang menyatu dengan tanah, tenda, dan semangat anak-anak pelosok.



“Keterlibatan saya dalam kegiatan ini adalah komitmen moral dan sosial sebagai akademisi untuk ikut serta dalam memajukan pendidikan, terutama di wilayah yang belum terjangkau secara optimal oleh layanan pendidikan formal,” ujar Nirwana saat ditemui di sela kegiatan.






KEREN ke-18 kembali mengusung semangat kolaboratif lintas profesi dan negara. Selain relawan lokal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, turut hadir pula tiga relawan internasional dari Belanda dan Republik Ceko. Mereka mengajar anak-anak dengan metode yang kreatif dan menyenangkan—mulai dari pengenalan bahasa asing, permainan peta dunia, hingga kelas literasi ceria yang menghidupkan semangat belajar di tengah alam terbuka.


Johanna Cornelia, salah satu relawan asal Belanda, mengungkapkan kesannya:


“Saya ikut kegiatan KEREN karena pendidikan seharusnya untuk semua kalangan, termasuk mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Saya ingin lebih banyak relawan dari seluruh dunia bergabung, karena kegiatan ini sangat keren—dalam arti sebenarnya,".








Desa Buntu Bantu yang terletak di jantung pegunungan Bastem memang bukan lokasi yang mudah dijangkau. Akses jalan masih terbatas, sinyal komunikasi lemah, namun semangat masyarakat untuk belajar dan bertumbuh terasa begitu kuat. Anak-anak datang dengan mata berbinar, menyambut para relawan layaknya tamu agung yang membawa cahaya dari luar dunia mereka.


Gerakan KEREN sendiri telah berlangsung bertahun-tahun, mengusung misi memperluas akses pendidikan ke wilayah yang tak tersentuh sekolah formal. Lewat kegiatan seperti ini, mereka membawa harapan baru—bahwa belajar bisa hadir di mana saja, bahkan di antara sunyi dan sejuknya pegunungan.


Tak hanya menjadi ruang belajar bagi anak-anak, KEREN juga menjadi tempat bertumbuh bagi para relawan. Di sinilah semangat sosial, empati, dan nasionalisme diuji dan ditegaskan kembali.


Keterlibatan Nirwana Halide memberi pesan kuat bahwa dunia akademik tidak boleh hanya berkutat di ruang kelas dan jurnal ilmiah. Dunia nyata menunggu sentuhan pengetahuan dan kepekaan, terutama di tempat-tempat yang belum terdengar gaungnya di kota.


Melalui KEREN, pertemuan lintas dunia, lintas disiplin, dan lintas bahasa itu nyata adanya. Dan di sebuah desa kecil bernama Buntu Bantu, mereka semua bersatu demi satu tujuan: menjadikan pendidikan benar-benar milik semua.


Previous Post Next Post